Ada sebuah hadist yang berbunyi, “Manusia sungguh celaka kecuali mereka yang berilmu. Yang berilmupun celaka kecuali yang beramal. Yang beramalpun celaka kecuali yang ikhlas. Dan yang ikhlas dihadapkan pada kesulitan besar”.
Dengan kata lain, sumber keselamatan adalah ikhlas. Maka berbuat secara ikhlas merupakan sesuatu yang sangat penting. Sebab amal sekecil apapun jika dilakukan secara ikhlas, lebih baik dalam pandangan Allah daripada amal berton-ton tetapi tidak ikhlas. Manusia baru menjadi ikhlas kalau ia menyadari bahwa yang membuatnya melakukan sebuah amal adalah perintah Ilahi, bukan yang lainnya. Lalu hasil dari itu semua adalah mendapatkan ridho–Nya.
Keikhlasan dan ketulusan ada pada segala sesuatu. Bahkan, setitik cinta yang tulus lebih utama daripada segunung cinta formalitas. Jenis cinta tersebut digambarkan oleh sebuah syair sebagai berikut:
Aku tidak mencari imbalan atas cinta tersebut.
Sungguh lemah sebuah cinta yang dicari balasannya.
Artinya, aku tidak menuntut upah, balasan, ganti, dan imbalan atas cinta tersebut. Sebab, cinta yang menuntut upah dan balasan adalah cinta yang lemah yang tidak akan abadi. Cinta yang tulus tersebut telah Allah tanamkan dalam fitrah manusia, terutama dalam diri ibu pada umumnya. Belas kasih ibu merupakan contoh ketulusan cinta yang paling nyata. Bukti bahwa seorang ibu sama sekali tidak menuntut balasan dan upah atas cintanya kepada anak-anaknya ditunjukan oleh kebaikan dan pengorbanan yang diberikan demi anak-anak. Karena itu, engkau melihat bagaimana ayam betina akan menyerang anjing demi menyelamatkan sang anak dari terkamannya. Sebab, sang induk mengetahui bahwa kehidupan mereka merupakan modal satu-satunya.
Sehubungan dengan itu, saya teringat “teman kostku” yang bernama Saher. Dia pernah berkata, ”Fadli… klo kita berhubungan dengan siapapun, niatkan kita berhubungan dengan dia karena Allah, sehingga hubungan itu akan menjadi yang terbaik sesuai kehendak Allah”.
Setelah itu, aku mencoba menerapkan kata-kata Saher dalam kehidupanku. Aku lakukan kepada tetangga, teman, sahabat, dan siapapun. Kemudian, aku merasa hubungan yang aku niatkan karena Allah memiliki sesuatu indah, tenteram, dan nyaman. Selain itu, walaupun kita baru berteman dengan seseorang, jika Allah menghendaki rasanya bisa seperti sudah berteman lama karena kita memiliki Keikhlasan Cinta yang tulus :)
Tetapi, suatu ketika syeitan merusak niat ku pada teman kostku. Alhasil, aku selalu melihat keburukan dari teman kostku yang membuat pertemanan kita tidak harmonis. Aku yakin sekali, itu terjadi karena niatkku bukan karena Allah lagi. Dan hubungan kita tidak memiliki Keikhlasan Cinta yang tulus.
Oleh karena itu, mari kita belajar menumbuhkan rasa ikhlas dan cinta tulus kepada segala sesuatu karena Allah SWT.